Dari cerita : aku rindu kamu yang dulu (Dwitasari)
Kamu tak
lihat air mataku, tak lihat juga seberapa parah lukaku selama ini. Aku tak
pernah berusaha berteriak seperti kamu selalu meneriakiku, tak ingin memaki
dengan bahasa Jawa kasar, tak mau melukaimu seperti kamu selalu melukaiku.
Sebutkan padaku, Sayang, perempuan mana yang rela berdarah-darah untukmu selain
ibumu dan aku? Perempuan mana yang ada bersamamu bahkan dalam sakit dan lemahmu
jika bukan ibumu dan aku? Apakah perempuan lain yang selalu kaudatangi dan
kaucumbu itu bisa bertahan denganmu bahkan dalam keadaan terburukmu? Apakah
perempuan lain yang selalu membuatku harus bersabar lebih banyak lagi ada
perempuan yang pantas kaudatangi?
Kali ini,
biarkan hatiku teriris sendiri. Biarkan aku yang terluka parah, biarkan aku
yang menangis diam-diam sekarang. Tapi, lihatlah nanti, Sayang. Suatu
saat nanti, air mataku berubah jadi senyum tak berkesudahan. Aku sebenarnya
tahu apa yang harus kulakukan, pergi meninggalkanmu, melupakanmu, dan
menganggap semua tak pernah terjadi. Namun, sekarang aku masih sabar untuk
menghadapimu, aku masih ingin memberimu kesempatan untuk yang ke beribu kali.
Jika kesabaranku ini masih ingin kamu sia-siakan, mungkin jalan terbaik memang
harus pergi. Karena kamu bukan lagi pria yang kukenal seperti dulu lagi, bukan
pria manis yang kucintai karena ketulusan dan keramahannya.
Kini, kamu
adalah pria kasar yang tak segan-segan mengeluarkan kata makian, hujatan, dan
kata-kata lain yang menusukkan jarum-jarum kecil di hatiku. Kamu berubah jadi
pria lain, pria egois yang selalu ingin dimengerti kesibukkannya, dan
membiarkan aku menunggu sabar tanpa melawan ataupun membuka suara. Aku tak tahu
mengapa perjuanganku hanya kauanggap angin lalu. Apa matamu tak terbuka untuk
menyadari siapa perempuan yang selama ini jatuh bangun hanya untuk mencintaimu?
Biarlah
waktu yang membuatmu sadar, Sayang. Biarkan aku yang hanya kauanggap angin lalu
ini pergi pelan-pelan dari hidupmu. Beri aku kesempatan untuk menghirup udara
bebas dan tak lagi menangisi sikap cuekmu selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar